Menjadi
Pribadi Yang Bijak
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Satu ciri ketakwaan seseorang
kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa
khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li
ta'aarafuu inna akramakum'indallahi atqaakum innallaha 'aliimun khabiir
(Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti". Ciri orang
yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang bijaksana. Pertanyaan pertama
ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum
maka jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.
Jika ada yang mengatakan
rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan,
maka jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling
mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan paling tidak untuk keluarga,
janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah
untuk didapat, karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita
sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan tersendiri,
misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh
murid-muridnya. Seorang pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan
maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anak-anaknya.
Pada dasarnya kebijakan ini
tidak susah untuk dimiliki. Ud'u illa sabiili rabbika bil hikmati wal mau
'izhatil hasanati, wa jaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa'alamu bi
man dhalla 'an sabilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin. Artinya:
"Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya, sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".
Sumber kearifan dan
kebijaksanaan dapat datang dari :
1. Sikap hidupnya yang siddiq
yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha
berbuat benar dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam
hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam kebenaran dan ingin orang
juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi
bijaksana.
2. Sikap hidup yang amanah,
rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung
jawabkan hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat,
sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.
3. Sikap hidup Fathonah,
berwawasan luas, berilmu luas jadi begitu banyak pilihan sikap yang merupakan
buah dari kecerdasan.
4. Sikap hidup yang Tabligh
adalah dapat menyampaikan sesuatu dengan baik kebenaran. Sehingga menyebabkan
mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa merusak tatanan yang ada.
BAGAIMANA CARA MENJADI ORANG UANG BIJAK
1. Tidak Emosional,
hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang
tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan
pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak
adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita
termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung
tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela
diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah
kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
2. Tidak egois, orang
yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya
ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan
kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan,
begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh
pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain
bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Suka cinta dan rindu
pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada
orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita
berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya
kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi
terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi
orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat,
bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin
dengan baik.
4. Memiliki kasih sayang
terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada
rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang
dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik
dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda
dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya
adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang
berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak
hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
5. Selalu berupaya
membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh
tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak
akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap.
Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang
tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat
tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat
orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi
juga bagi orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan pada
seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh
kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk
membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun
dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak
tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia
karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan apapun dari yang telah
di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari
apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa
memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang
kita kerjakan.
Alhamdulillaahirobbil’alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar